Setiap orang punya mimpi, namun ada orang yang berusaha untuk mewujudkan mimpi2nya, namun ada juga yang leave it that way, alias membiarkan mimpi hanya sekedar mimpi *ngeces aja terus, sambil mikirin mimpi dan berharap durian runtuh, sehingga mimpi jadi kenyataan*. Well, I'm in between :D
Gw punya temen, sebenernya bukan temen gw langsung tapi temennya suami gw. Tapi gw juga kenal *ga penting banget nih*. Yowes, jadi temennya suami gw ini, hidupnya udah lumayan mapan. Dia punya keluarga, anaknya 2, punya rumah,2 mobil dan 1 motor. Cukup bukan? Untuk hidup di Jakarta, termasuk lumayan lah :). Pekerjaannya juga sudah lumayan, menempati posisi yang cukup tinggi. Menurut gw hidupnya sudah mapan. Tapi, 2 bulan yang lalu dia memutuskan untuk resign dari kantornya, dan beralih profesi untuk menjadi enterpreneur alias usaha sendiri. Dan yang bikin gw dan suami gw terkaget2, bidang usaha yang dia akan geluti ini, 180 derajat berbeda dari bidang yang biasa dia pegang selama bertahun2 bekerja, yaitu IT. Dia bertekad untuk berjualan keperluan wanita, dari tas, sepatu, baju, aksesoris, mukenah, hingga keperluan dapur, panci dan teman2nya. Alasannya berjualan keperluan wanita, karena salah seorang temannya juga melakukan bisnis seperti ini, dan temannya itu (katanya) berhasil dan memiliki pendapatan 40 juta/ bulan. Oke, jadi dia punya MIMPI untuk sukses seperti temannya. Gw hargai keputusannya, meskipun gw agak sangsi namun gw sangat mendukung keputusan dia, untuk berdikari, bikin usaha sendiri dan InshaALLAH kalau maju dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Gw salut akan keputusannya yang berani keluar dari "zona nyaman" dengan keluar dari pekerjaannya yang sudah cukup bagus posisinya, dan gw juga kasih jempol untuk istri dan keluarganya yang mendukung dia untuk keluar dari pekerjaannya dan memilih untuk memulai dari awal lagi di usaha barunya ini. Keputusan yang dia buat, bikin gw melek sendiri. Maksud gw, I have no gut to do same thing like him. Meskipun, peluang untuk mendapatkan uang lebih besar, berlipat2 ganda daripada jadi pegawai sangat mungkin kalau kita bikin usaha sendiri. Namun, kemungkinan untuk rugi berlipat2 ganda, tidak punya pemasukan sama sekali, bahkan rugi juga bisa terjadi. Apalagi gw punya keluarga, mau dikasih makan apa anak gw, uang sekolahnya bayar pakai apa? kalau tiba2 gw dan suami usahanya lagi merugi. Kelebihan menjadi pegawai, kita bisa memprediksikan pendapatan kita selama sebulan berapa, sehingga dapat disesuaikan dengan pengeluaran. Selain itu, uang medical untuk keluarga juga di-cover oleh perusahaan *Alhamdulillah, perusahaan tempat gw bekerja, meng-cover medical expenses untuk gw, suami dan anak*. Untuk saat ini, gw lebih memilih untuk tetap bekerja sebagai buruh, alias pegawai dan memiliki sambilan OL Shop kecil2an. Ya, mungkin nanti, someday, gw akan fokus di usaha sendiri. Sehingga usaha ini tidak menjadi usaha sampingan tapi jadi main business gw. Amiiinn... InshaALLAH, doain yaa :). Untuk saat ini biarlah suami gw yang jadi enterpreneur.
Veilicious! The truth beauty is wrapped in a beautiful way...
No comments:
Post a Comment