Pas lagi daftar di loket untuk ngambil darah
Abrar : Ibu, sini bu. Liat deh ada balon bentuk ikan paus.
*sambil nunjuk2 ke toko kecil di RS*
Ibu : Oiya Brar.
Selesai pendaftaran, saya dan Abrar menunggu dipanggil. Tibalah waktunya Abrar dipanggil untuk pengambilan darah. kali ini dia nangis sambil bilang,"SAKIT...SAKIIITT...". badannya meronta2, tangannya, kakinya. Terus dia bilang,"UDAH...UDAH..". hiks.. kasian anak ibu. Tapi harus kuat ya sayang. Selesai ambil darah, saya dan Abrar nunggu di depan loket pendaftaran laboratorium *yang berarti duduk di depan toko kecil yang menjual balon ikan paus*. Lalu muncul anak kecil *seumuran Abrar* dia minta balon ikan paus, dan dibeliin. Abrar melihat kejadian tersebut tanpa berkedip.
Abrar : Bu, balonnya sudah dibeli
Balon ikan paus, sekarang tinggal 1. Sang ibu melihat keinginan anak untuk memiliki balon ikan paus. Ada hasrat untuk membelikan balon tersebut. Terlebih lagi, Abrar sudah berlaku sangat sopan, tidak memaksa minta beli balon, even dia tidak meminta untuk dibelikan. Hanya gesture tubuhnya menunjukkan kalau dia sangat ingin balon tersebut. Hari itu, Abrar sangat bersikap manis, tidak nangis dan tidak meminta2 ibu untuk membelikan apa pun. Selain itu, ibu juga kasian liat Abrar yang sakit, dan harus diambil darahnya, itu sangat sakit. Hati itu tersentuh untuk membelikan balon ikan paus untuk anak kesayangannya satu2nya itu. Lalu, ibu pun berkata..
Ibu : Brar, yuk pulang yuk sayang...
Sang ibu dan anaknya berlalu, meninggalkan tempat duduknya. Melewati toko kecil di RS. Melewati balon ikan paus yang menari2 terhembus angin.
Veilicious! The truth beauty is wrapped in a beautiful way...
No comments:
Post a Comment