Kemaren ini gw sempet ngobrol sama temen gw lewat whatsapp. Awalnya gw Cuma nanya mengenai pekerjaan, tapi end up-nya tuh jadi panjaaaaanng, sampe tentang keluarga, investasi, anak, usaha sendiri, falsafah hidup dan lain2. Yang menggelitik gw yaitu ketika temen gw berkata kalo cita2 hidupnya ga muluk2, dia ga berniat untuk jadi orang kaya. Tapi buat dia hidup sederhana, dapat menghidupi dan mencukupi kebutuhan hidup keluarga serta anak2 itu lebih penting. Menurut gw, cita2nya mulia banget meskipun gw punya opini sendiri. Hidup itu buat gw, yang utama pastinya bahagia dunia akherat, dan kedua bisa bermanfaat untuk orang banyak. Dan menurut gw menjadi kaya itu ga salah juga, as long as kekayaan itu bisa menjadi kendaraan kita menuju Syurga. Apabila kekayaan itu digunakan di jalan ALLAH SWT, untuk berjihad, membangun masjid, membuat yayasan, sekolah, madrasah, rumah yatim piatu, membantu fakir miskin, anak yatim, hal2 yang bermanfaat untuk orang banyak di dalam kebaikan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
جاء الفقراء إلى النبي فقالوا: يا رسول الله، ذهب أهل الدثور من الأموال بالدرجارت العلا والنعيم المقيم، يصلون كما نصلي، ويصومون كما نصوم، ولهم فضل من أموال يحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون، وليست لنا أموال…وفي رواية مسلم: فقال رسول الله في آخر الحديث: “ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء” (متفق عليه).
“Orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pernah datang menemui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang (kaya) yang memiliki harta yang berlimpah bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi (di sisi Allah Ta’ala) dan kenikmatan yang abadi (di surga), karena mereka melaksanakan shalat seperti kami melaksanakan shalat dan mereka juga berpuasa seperti kami berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad dan sedekah, sedangkan kami tidak memiliki harta…“.
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang kaya yang memanfaatkan kekayaannya untuk meraih takwa kepada Allah Ta’ala, dengan menginfakkan hartanya di jalan yang diridhai-Nya.
Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) lebih utamanya orang kaya yang menunaikan hak-hak (Allah Ta’ala) pada (harta) kekayaannya dibandingkan orang miskin, karena berinfak di jalan Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan oleh orang kaya”
Dari artikel 'Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur — Muslim.Or.Id'
Islam mendukung orang2 untuk berusaha, bekerja keras hingga menjadi kaya,asalkan caranya halal bukan hasil KKN (korupsi, Kolusi, Nepotisme), dan bukan pula dengan cara mencekik orang lain (praktek riba) serta mengambil keuntungan terlalu besar. Digunakan di jalan ALLAH dan bermanfaat untuk orang banyak, bukannya untuk berfoya2, untuk dihambur2kan, gaya hidup hedon, namun tetap bersahaja dan sederhana. Jauh dari sifat sombong dan tamak. Sebagaimana diperibahasakan oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi semakin berisi semakin merunduk, semakin berilmu dan beramal maka semakin tawadhu, rendah hati dan tidak sombong.
Veilicious! The truth beauty is wrapped in a beautiful way...
No comments:
Post a Comment