Thursday, February 28, 2013

Usia Ideal Masuk SD 7 Tahun?

Hasil browsing-an, artikel yang sangat bermanfaat dari Kompasiana : http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/02/usia-ideal-masuk-sd-7-tahun-475074.html

Saat ini adalah saat di mana banyak orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya masuk ke sekolah, baik jenjang nonformal (PAUD, TK) maupun formal (SD,SMP, SMA, dan PT). Termasuk saya yang mempunyai anak usia 5 tahun.

Pada saat umur 3,5 tahun saya sudah mendaftarkan putri pertama saya di PAUD. Namun karena jarak PAUD dari rumah cukup jauh, sehingga saya dan istri akhirnya sepakat untuk memindahkan sekolahnya di TK yang lebih dekat jaraknya dari rumah. Sehingga cukup pengasuh adiknyalah yang bisa antar jemput dia ke sekolah karena cukup dengan jalan kaki.

Pada saat pendaftaran itulah saya diberitahu oleh panitia PSB di TK tersebut, bahwa putri saya sudah cukup matang secara mental dan bisa langsung dimasukkan di TK Besar. Namun dalam fikiran saya apakah betul anak saya sudah cukup matang? Karena tanpa tes dan hanya melihat secara visual dan sekilas si “panitia” menyimpulkan bahwa anak saya sudah cukup matang secara mental.

Memang putri saya sudah bisa membaca sebelum saya masukkan sekolah dan sekarang sudah lancar membacanya. bahkan untuk berhitung bisa di atas rata-rata anak seusianya. Namun apakh benar mental anak saya sudah cukup untuk dimasukkan ke TK Besar? sehingga perhitungannya satu tahun lagi dia akan masuk SD dalam usia kurang dari 6 tahun? akhirnya saya mulai browsing dan saya temukan satu artikel yang membuat saya mantap untuk tetap memasukkan anak saya ke TK Kecil terlebih dahulu, mengingat usianya yang saya anggap belum matang secara mental. Karena menurut saya anak yang lebih matang secara mental (EQ) akan lebih bisa menghadapi kehidupan yang kompleks daripada anak yang hanya menonjol pada IQ-nya.

Berikut Artikel yang ditulis oleh Sutjipto Subeno dengan Judul “Tujuh Tahun Masuk Sekolah Dasar : Tinjauan Pemikiran Pendidikan” :

Jika beberapa puluh tahun yang lalu, dengan begitu ketat sekolah memberlakukan usia 7 tahun masuk SD, maka kini usia itu telah digeser menuju ke usia 6 tahun. Bahkan ada kecenderungan pemikiran di dalam insan pendidikan dan orang tua bahwa jika anaknya bisa lebih dini lagi masuk sekolah, akan sangat baik. Artikel kecil ini bukan bermaksud membahas seluruh aspek secara detail, tetapi ingin secara ringkas memberikan wawasan kepada para insan pendidikan dan para orang tua anak, untuk mempertimbangkan beberapa aspek penting pendidikan.


1. Perlunya Proses
Pertumbuhan manusia membutuhkan proses. Tuhan mencipta manusia di dalam konteks waktu. Seorang anak harus dikandung 40 minggu sebelum dilahirkan. Bagaimana jika dipercepat hanya 7 bulan saja dan dikeluarkan? Maka bayi itu memang sudah berbentuk
manusia dan mungkin masih bisa hidup dengan berbagai alat bantu. Tetapi tentu proses prematur seperti ini sangat tidak dianjurkan dan bahkan dianggap sebagai suatu problema kelahiran. Ibu bayi itu tidak bisa berbangga dan mengatakan bahwa ia cukup senang karena hanya perlu mengandung 7 bulan dan anaknya sudah bisa lahir selamat dan bisa bertumbuh. Demikian pula perlu proses untuk mencerna berbagai kelengkapan kehidupan yang diberikan melalui pendidikan. Perkalian tidak diberikan ke anak 3 tahun, dan differensial tidak diberikan ke anak 6 tahun. Tetapi jika kita melihat kecenderungan saat ini, mungkin sudah banyak orang yang sedang memikirkan bagaimana memberikan perkalian ke anak 3 tahun dan differensial ke anak 6 tahun. Bahkan, saat ini ada ide mendidik anak dari sejak di kandungan dengan berbagai pelajaran. Itu bukanlah suatu cara yang bijaksana. Hal demikian menyebabkan anak tidak diberi kesempatan cukup untuk mengembangkan pribadi dengan wajar. Otaknya dipaksa bekerja keras karena adanya ide bahwa anak bisa dijejali dengan segala pengetahuan tanpa batas. Konsep ini tidak benar. Setiap kehidupan membutuhkan proses. Manusia dicipta oleh Tuhan dengan kebutuhan proses yang lebih teliti dan kompleks dibandingkan binatang. Pakar pendidikan Jean Peaget, yang meneliti perkembangan hidup anak sampai 15 tahun, melihat bahwa secara umum ada kesamaan pertumbuhan anak, dan setiap fase anak mengembangkan pertumbuhan tertentu dan di dalam kapasitas tertentu. Menjepit proses pendidikan yang wajar bukanlah pendidikan yang bijaksana. Akibat yang didapat, anak akan mengalami stress yang cukup berat, yang bisa sampai menimbulkan depresi pada anak.
Anak yang terlalu dini masuk SD masih bermasalah khususnya di kelas satu, karena ia belum siap untuk belajar berkonsentrasi, karena ia masih sedang mengembangkan ketram­pilan geraknya. Akibatnya, dia akan sulit berkonsentrasi, meskipun secara kemampuan intelektualnya dia sudah cukup mampu menyelesaikan soal-soal yang disediakan. Piaget membagi usia 2-7 tahun sebagai usia Pre-Operational Thought, dan 7 tetapi sekedar bisa mengerjakan untuk bisa lulus ujian. Bahkan ada beberapa sekolah memberikan beberapa soal untuk dihafalkan cara penyelesaiannya, tanpa murid mengerti mengapa bisa diselesaikan dengan cara seperti itu. Yang ada adalah sks (sistim-kebut-semalam), dan setelah itu, lupakanlah, karena ujian sudah lewat. Celakanya, semangat seperti ini semakin menurun, sampai-sampai anak di tingkat SD juga berpikiran yang sama. Pendidikan adalah pem­ben­tukan kehidupan. Jika kehidupan dibiasakan hanya sekedar numpang-lewat, maka kehidupan anak-anak kita kelak akan menjadi sangat tumpul. Dan ketika kita menyesal, waktu sudah berjalan dan tak mungkin ditarik kembali. Banyak kegagalan kehidupan sudah dimulai dengan kegagalan kita di sekolah. Sekolah-sekolah yang baik, akan berusaha memberikan pematangan yang cukup kepada murid-muridnya.[1] Orang tua yang baik, akan sangat mem­per­hitungkan waktu untuk pematangan bagi studi anak-anaknya, sehingga tidak menjejali anak dengan berbagai pengetahuan, yang kelihatan hebat, tetapi seluruhnya hanya berada di permukaan.
Studi yang membawa pematangan juga digarap di masa kecil, yaitu untuk anak-anak Kindergarten (TK). Terlalu cepat anak dipindahkan ke SD bukan menjadikan anak itu matang, tetapi bertumbuh secara prematur. Banyak anak-anak seperti ini yang akhirnya menghambat pertumbuhan kedewasaan dan pematangan mental-spiritualnya. Ia berkembang menjadi anak yang pragmatis di masa remaja kelak. Lebih baik sedikit lebih terlambat di awal dan menjadi matang. Inilah format yang dipilih LOGOS. Tokh, nantinya anak akan mengejar semua temannya jika studinya matang. Anak-anak di Eropa yang di masa SD kelihatannya kalah dengan anak-anak Asia, akhirnya mengejar dengan begitu handal ketika mereka berada di bangku kuliah. Fondasi yang terpasang kokoh menyebabkan mereka mantap bertumbuh.


3. Perlunya Konseptual
Belajar bukan sekedar tahu bahwa 2 + 2 adalah 4, tetapi mengapa 2 + 2 adalah 4. Ini yang disebut sebagai studi konseptual. Studi konseptual membawa anak mengerti rumus dasarnya, dan mampu menggunakannya di semua keadaan karena ia mengerti secara mendasar. Tetapi hari ini, banyak pendidikan yang sudah meninggalkan studi yang konseptual akibat dikejar oleh semangat pragmatis, keinginan untuk semua serba cepat dan instan. Begitu banyak penawaran studi akselerasi (percepatan) dimana anak akan cepat mengetahui hasil akhir tanpa mengerti mengapa bisa keluar hasil seperti itu. Akibatnya, jika persoalan digeser dan dirubah dari apa yang biasa dia kerjakan, maka ia
sama sekali tidak mampu lagi menyelesaikan masalah tersebut. Disini kita melihat dihasilkannya begitu banyak sarjana yang tidak siap berhadapan dengan berbagai masalah di bidangnya. Banyak siswa dan mahasiswa sudah terbiasa menyelesaikan masalah dan soal-soal pelajaran secara pilihan ganda, sehingga hanya merupakan soal-soal singkat dan tidak mendalam. Jika setiap soal harus diselesaikan dalam dua sampai 5 halaman kertas jawaban, tentulah pola pemikiran dan sikap penyelesaian masalah akan sangat berbeda. Untuk ini dibutuhkan waktu yang cukup.
LOGOS memberikan tambahan Pre-Elementary Class untuk memberikan waktu pendalaman konsep, sehingga mempersiapkan anak-anak masuk ke SD. Khususnya bagi mereka yang berasal bukan dari Kindergarten LOGOS, membutuhkan pengertian bukan sekedar ilmu pengetahuan, tetapi integrasi konsep spiritual yang mungkin sekali tidak banyak diberikan di tempat lain. Diharapkan dengan demikian pendalaman konsep yang integral membantu anak membangun world-view untuk sukses hidup di masa depan.

4. Perlunya Keutuhan (bukan hanya bagian atau aspek tertentu maju).
Belajar bukan hanya satu aspek dan mengabaikan berbagai aspek yang lain. Kita bersyukur kontribusi Howard Gardner dengan Multiple-Intelligence-nya yang menyadarkan banyak orang bahwa pandai dan sukses bukan hanya tergantung pada matematika dan fisika. Sukses bukan dilihat hanya dari aspek intelektual, tetapi juga sosial, relasional, emosional, dan juga spiritual. Semua ini butuh waktu dan harus dikembangkan secara simultan. Anak terkadang sudah bisa membaca dan berhitung di usia 3 tahun, tetapi bukan berarti ia sudah bisa masuk SD. Ada banyak hal lain yang perlu dia kembangkan juga. Demikian juga nantinya dalam pendidikan selanjutkan, raport atau ijazah seharusnya tidak hanya menunjukkan kehebatan intelektual atau ketrampilan sains, tetapi juga kemampuan sosial, tingkat spiritualitas, dan pengembangan emosi yang matang dari seseorang. Inilah penilaian yang sehat. Untuk itu semua, dibutuhkan cukup banyak waktu dan perhatian untuk memperkembangkan sebuah kehidupan yang holistik. Jangan bangga jika anak kita genius sekali, karena sangat mungkin ia seorang autis dan tidak bisa berelasi dengan sesama dan bahkan tidak pernah bisa bekerja secara normal di dunia kerja umum.

Demikian pula dari berbagai studi perkembangan anak, maka usia 7 tahun adalah usia yang paling tepat untuk anak pada umumnya masuk ke Sekolah Dasar. Memang ada satu dua perkecualian, tetapi secara umum, pertumbuhan anak secara totalitas hingga usia 6 tahun, masih membutuhkan format Kindergarten untuk menuntaskannya. Disini LOGOS memilih untuk memberikan kesempatan pengembangan pribadi anak yang dewasa dan matang secara holistik, bukan hanya dari aspek intelektual atau ketrampilannya, tetapi juga emosinya, spiritualnya, sosialnya dst.

Bagaimana anda sebagai insan pendidik dan para orang tua murid mempertimbangkan format dan pendekatan pendidikan yang banyak dipaparkan saat ini? Apakah anda cenderung memaksakan percepatan pendidikan pada anak-anak anda? Ataukah anda mulai mempertimbangkan untuk memberikan pendidikan yang lebih tepat, lebih baik, lebih normal, dan lebih manusiawi, sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi pada anak-anak anda? Kiranya Tuhan memberikan kepada setiap kita bijaksana surgawi di dalam memikirkan pendidikan anak-anak kita, agar mereka bisa bertumbuh dan diperlengkapi seperti yang Allah kehendaki mereka menjadi. Soli Deo Gloria.
Dikutip dari :http://www.logos.sch.id/main/art-7%20tahun.htm


Veilicious! The truth beauty is wrapped in a beautiful way...

No comments:

Post a Comment